Sabtu, 29 Agustus 2009

Lebih Dekat

Sore ini aku duduk di sebuah bangku taman
Menikmati nyaman yang perlahan hadir di dalam hati
Segala yang telah terlewati tak henti berkelebat dalam pikiran,
seperti adegan film yang diputar ulang
Tak ada lagi tangisan

Tiba-tiba kau telah duduk di sampingku dan bertanya, "Apa kabar?"
"Baik.", jawabku
Kau masih menatapku, ada ragu di matamu
"Hey, aku benar-benar dalam keadaan baik sekarang. Percayalah...", kataku
Lama kau memandangku, seakan mencari sedikit saja tanda yang akan menguatkan keraguanmu
Hingga akhirnya kau tersenyum, "Syukurlah. Sudah lama aku tak melihatmu sedamai ini. Semua terlewati rupanya."

"Aku sudah memberi diriku sendiri waktu.", kataku
Kau katakan, "Aku senang kau tak lagi mengingkari apa yang terjadi."
"Allah menyayangiku, sangat menyayangiku, hingga Ia selalu tak membiarkanku merasakan sakit dan sedih berkepanjangan. Sekali lagi, dan aku berharap ini bukan yang terakhir kalinya, Allah menyelamatkanku. Ada yang Allah ingin aku pelajari...ikhlas."
Kau ulurkan tanganmu, mengusap kepalaku
"Kau kuat, sangat kuat. Kau hadapi semua sendirian. Tapi kau harus ingat, tak apa membaginya dengan orang yang kau percaya. Tak memalukan jika kau membiarkan air matamu menetes. Kau manusia biasa. Terkadang luka dan sakit melemahkanmu. Beri dirimu waktu. Kau akan sembuh dan menjadi lebih kuat. Harus selalu kau ingat, Allah tak akan pernah meninggalkanmu.", katamu
Dalam senyuman tulus aku katakan, "Aku paham. Terima kasih untuk selalu ada bersamaku."
"Jangan pernah berhenti mencoba untuk melihat segalanya lebih dekat, ya. Kebenaran terkadang menyakitkan, tapi itulah yang kau butuhkan.", katamu

Lama kita terdiam menikmati suasana sore ini
"Sudah waktunya kulanjutkan langkahku.", kataku
Kulihat kau perlahan menghilang bersama senyummu yang mendamaikan
"Terima kasih."

29 Agustus 2009

Jumat, 28 Agustus 2009

Goodbye My Lover (James Blunt)

Did I disappoint you or let you down?
Should I be feeling guilty or let the judges frown?
'Cause I saw the end before we'd begun,
Yes I saw you were blinded and I knew I had won.
So I took what's mine by eternal right.
Took your soul out into the night.
It may be over but it won't stop there,
I am here for you if you'd only care.
You touched my heart you touched my soul.
You changed my life and all my goals.
And love is blind and that I knew when,
My heart was blinded by you.
I've kissed your lips and held your hand.
Shared your dreams and shared your bed.
I know you well, I know your smell.
I've been addicted to you.

Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.
Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.

I am a dreamer and when I wake,
You can't break my spirit - it's my dreams you take.
And as you move on, remember me,
Remember us and all we used to be
I've seen you cry, I've seen you smile.
I've watched you sleeping for a while.
I'd be the father of your child.
I'd spend a lifetime with you.
I know your fears and you know mine.
We've had our doubts but now we're fine,
And I love you, I swear that's true.
I cannot live without you.

Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.
Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.

And I still hold your hand in mine.
In mine when I'm asleep.
And I will bare my soul in time,
When I'm kneeling at your feet.

Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.
Goodbye my lover.
Goodbye my friend.
You have been the one.
You have been the one for me.

I'm so hollow, baby, I'm so hollow.
I'm so, I'm so, I'm so hollow.
I'm so hollow, baby, I'm so hollow.
I'm so, I'm so, I'm so hollow.

Tears and Rain (James Blunt)

How I wish I could surrender my soul;
Shed the clothes that become my skin;
See the liar that burns within my needing.
How I wish I'd chosen darkness from cold.
How I wish I had screamed out loud,
Instead I've found no meaning.

I guess it's time I run far, far away; find comfort in pain,
All pleasure's the same: it just keeps me from trouble.
Hides my true shape, like Dorian Gray.
I've heard what they say, but I'm not here for trouble.
It's more than just words: it's just tears and rain.

How I wish I could walk through the doors of my mind;
Hold memory close at hand,
Help me understand the years.
How I wish I could choose between Heaven and Hell.
How I wish I would save my soul.
I'm so cold from fear.

I guess it's time I run far, far away; find comfort in pain,
All pleasure's the same: it just keeps me from trouble.
Hides my true shape, like Dorian Gray.
I've heard what they say, but I'm not here for trouble.
Far, far away; find comfort in pain.
All pleasure's the same: it just keeps me from trouble.
It's more than just words: it's just tears and rain.

Tears and Rain.

Tears and Rain.

Far, far away; find comfort in pain,
All pleasure's the same: it just keeps me from trouble.
It's more than just words: it's just tears and rain.

Benteng

Kau kembali sibuk menyusun benteng yang telah porak poranda
Membangunnya sedikit demi sedikit seperti dulu kala
Ada yang beda, sekarang dengan sengaja kau membangunnya
Kau tak lagi tahu apakah butuh pintu dan jendela baru pada bentengmnu
Yang kau tahu, benteng itu harus lebih bisa melindungimu

Benteng yang dulu, tidak dengan sadar kau dirikan
Mengelilingimu dan menjadi tameng bagi panas dan dingin dunia, menyamankanmu
Hangat mentari menyapamu melalui jendela yang ada
Kau pun masih bisa menikmati indah dunia dari sana
Dengan leluasa kau bukakan pintu bagi mereka yang kau ijinkan memasuki bentengmu
Hingga akhirnya, tanpa kau inginkan, benteng itu runtuh seketika

Masih terus kau membangunnya, sendiri menyusun kembali reruntuhan yang ada
Satu yang terus menerus kau pikirkan, bentengmu kali ini harus lebih kokoh dan lebih besar, meskipun tak lagi kau buat ada pintu dan jendela di sana

27 Agustus 2009

Iris (Goo Goo Dolls)

And I'd give up forever to touch you
'cause I know that you feel me somehow
You're the closest to heaven that I'll ever be
And I don't want to go home right now

And all I can taste is this moment
And all I can breathe is your life
When sooner or later it's over
I just don't want to miss you tonight

And I don't want the world to see me
'cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

And you can't fight the tears that ain't coming
Or the moment of truth in your lies
When everything feels like the movies
Yeah you bleed just to know you're alive

And I don't want the world to see me
'cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

Bercermin

"Kenapa tak kau tatap pantulan wajahmu di cermin itu?"


"Ada yang tak ingin kulihat."


"Lalu kenapa kau masih berdiri di sana?"


"Ada yang ingin kulihat."


"Kau mulai membingungkanku."


"Aku sangat ingin melihat senyumku."


"Angkat wajahmu, tatap cermin itu!"


"Aku takut melihat luka di mataku."


"Kau benar-benar membuatku bingung sekarang."


"Sakit di dada ini mulai menyesakkan, tahukah kamu?"


"Kau memang tak pernah mengatakannya padaku, tapi aku tahu."


"Aku tetap tersenyum meskipun luka ini tak pernah mau enyah dari mataku."


"Aku bisa melihatnya."


"Benarkah?"


"Ya."


"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"


"Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"


"Maukah kau memelukku?"


"Apakah itu akan membuatmu merasa lebih baik?"


"Aku butuh menangis di pelukmu."


"Kemarilah, menangislah di pelukku."


"Cukup! Jangan lagi membodohiku! Aku tahu kamu tak nyata. Kamu hanyalah produk imajinasiku ketika aku tak sanggup menghadapi dunia. Kamu tak tersentuh, tak akan bisa aku menagis di pelukmu!"


"Aku tak membodohimu. Kau yang terus menerus mempertahankanku. Sekarang, apakah kau akan membiarkanku pergi?"


"..."


"Katakan! Katakan apa yang kau ingin aku lakukan!"


"Tetaplah di sini. Temani aku melihat pantulan wajahku di cermin ini."


"Angkat wajahmu, lihatlah apa yang ingin kau lihat, abaikan yang tak kau inginkan."


"Tidak, tidak sekarang."


27 Agustus 2009

Senin, 24 Agustus 2009

Aku di Sini

Dan yang bisa kulakukan hanyalah duduk di sampingmu
Menantimu mengucapkan kata-kata yang akan menjelaskan segalanya
Tak apa, katakan saja semuanya
Aku tak akan berpaling, tak akan menutup telinga, tak akan menghakimimu
Akan aku lakukan apa yang aku bisa, asalkan kau bisa merasa lebih baik

Keadaan ini menyiksa
Melihatmu berusaha meneriakkan semua tanpa suara
Mendengar tangis dari bibir yang tersenyum manis
Jangan dulu kau tarik kembali tanganmu yang tengah menggapai, sebelum aku meraihnya, sebelum aku menarikmu dari tempatmu sekarang berada

22 Agustus 2009

Are You OK?

Hey, do you need a shoulder to cry on?
Or someone to laugh with?

I'll try to be with you
As soon as you call my name
As soon as you give me sign

22 Agustus 2009

Ada Aku

Kau memberiku tanda untuk bertanya kenapa lalu bisu dan berlalu
Adakah sesuatu merisaukanmu?
Apakah kau benar-benar baik-baik saja?

Aku ada
Kapanpun kau butuh berbagi cerita

22 Agustus 2009

Jumat, 21 Agustus 2009

Ibu (Iwan Fals)

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Dear My Bestfriend

Aku coba mengingat kapan kita menjadi dekat.
Sekitar enam tahun lalu. Saat kau dengan muka isengmu memanggilku Pebri dan kupanggil kau Raden Ayu Silva kah? Benarkah sejak accident nama dada itu kita menjadi dekat? Entahlah, yang aku tahu pasti, kau tak berhenti memanggilku dengan nama itu hingga saat terakhirmu.

Apakah kita sudah dekat ketika sering kau pinjam catatanku dan bersedia kapanpun mengantarnya ke rumah saat aku membutuhkannya?
Sudahkah kita dekat ketika kau pinjam Troy dariku?
Ah, sepertinya aku sudah tak bisa lagi mengingat kapan kita menjadi dekat, Kring.

Yang aku tahu, entah sejak kapan, kita selalu bertukar info tentang film.
Aku ingat kata-katamu, “Nonton film ki sing cover e ana gambar pialane, Peb!”
Sejak itu aku tahu, selera kita sama. Bukan film-film box office yang kita buru.
Apa kau tahu Kring, kehilanganmu berarti kehilangan seseorang untuk berbagi cerita tentang film?

Aku memang tak bisa banyak berbagi tentang buku. Kau tak terlalu suka membaca. Bukankah satu-satunya buku yang berhasil kau tamatkan dalam lima hari adalah 'Angels and Demons'? Ah, kau sangat bangga saat itu. Dan kau mengungguliku, bahkan hingga saat ini, karena aku tak pernah membaca satu-satunya buku yang berhasil membuatmu tak tertidur di halaman pertama.

Entah sejak kapan kita jadi sering bertukar cerita tentang orang-orang yang menarik perhatian kita. “Kok ga cerita?”, tanyamu waktu kuakui telah ada seseorang saat itu. Tahukah kau aku menyesal tak membaginya padamu? Itulah mengapa aku selalu berusaha membagi senang sedihku setelah itu.

Kau orang pertama yang tahu aku tak lagi dengannya. Kau yang tahu kenapa kami hentikan langkah kami. Kau yang tak pernah menghakimiku. Dan lagu 'I Will Survive' dari Cake mengiringi curhatku hari itu. Seperti biasa, kau masih dengan segala gurauanmu. Dan kau membuatku tertawa di saat-saat sedihku. Membuatku tegar dengan caramu. “Jangan pernah biarkan orang yang menyakitimu tahu bahwa dia menyakitimu, bahkan jika kau menangis karenanya. Jangan sampai dia tahu.”

Kau mulai senang menyanyikan Jendela Kelas Satu milik Iwan Fals saat itu. Suatu ketika kulihat rentetan kata dalam outbox-mu. Dan aku tahu kau menyimpan sebuah cerita. Cerita yang pada akhirnya hanya kau buka untukku. Maka sejak saat itu, sering kau bagi risaumu tentangnya. Kau membuatku tahu sisi lainmu. Ketika aku tanyakan apakah kau tak lelah dengan rasamu. Kau katakana dengan senyum mengembang di bibirmu, “As long as I know how to love, I know I’ll be alive. Tenang wae Peb, Allah kan wes janji, wong apik bakal oleh wong apik.”

Ya, kita sudah dekat saat itu. Dan aku sangat bangga menyebutmu sahabatku. Entah sudah berapa banyak cerita yang kita bagi. Aku tahu, kau hebat dengan caramu. Aku belajar banyak hal darimu, Kring.

Kita tetap dekat, bahkan ketika kau lanjutkan kuliah di kota lain. “Keep contact ya!”, itu katamu saat kau hendak tinggalkan Solo. Aku pikir kau akan menghilang seperti yang lainnya. Aku lega aku salah berpikir begitu. Dua kali nyaris kita tak bisa lagi berkomunikasi, tapi kau selalu berhasil menghubungiku. Kau selalu mampir saat liburan. Entah untuk membawakan berbagai film yang kau rekomendasikan atau hanya untuk bertukar cerita. Dan kau akan sangat sebal ketika aku tak cepat membalas sms yang mengabarkan keinginanmu mengunjungiku. “Ngasi kuru aku nunggu balesanmu, Peb!”

Tahukah kamu Kring, aku mengubah banyak sekali bayangan masa depanku sejak kau pergi. Dulu, persahabatan kita memberikan bayangan indah tentang saat-saat dewasa kita bersama. Seperti katamu, aku akan jadi psikolog pribadimu. Kau akan menjadi sarjana teknik elektro yang sukses. Akan aku perkenalkan orang spesialku padamu, bahkan jauh sebelum dia jadi orang spesial bagiku mungkin. Begitupun dirimu. Akan kau ajak bidadarimu ke rumahku. Suatu ketika kita berempat akan membagi waktu bersama di sudut nyaman sebuah kafe, menikmati kopi kita masing-masing, berbagi cerita. Aku akan melihatmu menghadiri saat-saat spesialku. Wisudaku. Pernikahanku. Dan aku pun akan ada di saat kau memakai toga maupun baju nikahmu. Aku akan mengunjungi keluarga kecilmu, begitu pula sebaliknya. Anak-anak kita akan meneruskan persahabatan kita. Ah, itu bayangan ketika kupikir kita, secara nyata, akan selalu ada untuk satu sama lain hingga tua nanti, Kring. Allah berkata lain ternyata. Dan aku harus merombak mimpi-mimpiku sejak kepergianmu.

Tak apa. Aku akan baik-baik saja. Sesekali aku memang membiarkan diriku menikmati kenangan kita. Aku mengunjungi tempatmu terbaring kaku, berusaha tetap menulis untukmu, entah di saat senang maupun sedihku. Tapi tak kubiarkan diriku menangisimu, tak merelakanmu, menyesali semua yang tak sempat kulakukan untukmu. Hey, aku berusaha ikhlas, Kring. I do. Bukankah kita telah sepakat bahwa segalanya terjadi untuk alasan tertentu? I still believe that. Itu yang membuatku bertahan di saat-saat sulitku.

Damai di sana ya, Kring. Jangan bosan mendengar ceritaku =)

21 Agustus 2009

Tarianmu

Kulihat kau begitu liar dalam tarianmu malam itu.
Begitu pongah menantang dunia lewat gerakmu.
Indah sekaligus berbahaya.
Gemulai namun mengancam.

Kau ulurkan tanganmu, "Come dance with me, bella..."
Aku terdiam, dalam keraguan.
Kau tanyakan, "Apakah aku terlalu hitam bagimu?"

Di detik berikutnya kita telah melebur dalam tarian.
Mencoba menyamakan musik dan gerakan.
Hingga akhirnya kita sadar, tarian kita tak sama.

Perlahan kuhentikan gerakku, kembali ke tempat semula kuberdiri menyaksikan tarianmu.
Sejenak kau melambatkan gerakmu, menatapku dengan pandangan penuh tanya.
Aku hanya tersenyum saat itu, dan kau lanjutkan lagi tarianmu.

"Kenapa berhenti?", tanyamu saat habis gerakmu.
"Tarian kita tak sama."

Kulihat amarah di mata terangmu saat kau melangkah pergi malam itu.

***

Di malam berikutnya, masih kusaksikan tarianmu sama.
Tarian yang memanggilku kembali ke tempatmu berada.

Kau melihatku, masih dengan amarah di mata terangmu.
Dan seketika kau hentikan gerakmu.

"Kenapa datang lagi? Bukankah kau katakan tarian kita tak sama?", tanyamu.
"Tarianmu memanggilku. Tarian kita memang tak sama, tapi bukan berarti aku benci tarianmu. Aku dapati apa yang tak ada dalam tarianku di dalam tarianmu. Tak akan aku samakan gerakku dengan gerakmu, tak akan aku ubah musikku menjadi sama dengan musikmu. Aku pun tak akan biarkan kau menjadi sama denganku. Ijinkan aku mengagumimu, mengagumi perbedaan dalam tarian kita."

Tak berapa lama, kau kembali ke panggungmu.
Menarikan lagi tarianmu di bawah bebintangan dan langit malam.
Aku masih tak bisa mengalihkan pandanganku darimu.

"Will you come again, bella?"
"Selama tak kau hentikan tarianmu, lelaki bermata terang.", jawabku.

20 Agustus 2009



* Ini caraku mengerti kenapa kita masih saling mencari dan berbagi meskipun kita begitu berbeda, lelaki bermata terang =)

Ijinkan Aku Membencimu

Ingin kutuliskan benciku padamu di atas pasir
Semoga semilir angin cepat membelainya, menjadikannya kandas tanpa bekas

Akan kuingat semua laku sadismu dalam otakku yang makin berkarat
Kuharap cepat rentetan memori lain menimbunnya, menjadikannya tak sepekat saat ini

Tak kusangka,
ada bagian diriku yang benar-benar merindukan habisnya sabarku
Meledak bersama amarah yang sekian lama terpendam

Tapi masih saja kuminta Tuhan mengampunimu, menghapuskan dosa yang kau tularkan padaku

12 Agustus 2009



* Untuk mereka yang selalu menjadi matahari. Orang-orang bilang, mereka manusia bodoh. Tapi apapun sebutan bagi mereka, mereka tetap berusaha menyinari, meskipun lelah.
~Senada dengan lagu Bertahan by Rama.~

Rabu, 12 Agustus 2009

Biarkan Saja Semua Begini

Kupikir, cukup bagiku selalu ada untuknya, mendampinginya.
Kuberikan segala terbaik yang aku bisa.
Karna aku sadar, ia lakukan hal yang sama.
Tak ada yang hilang yang harus dicari lagi.
Aku t'lah coba untuk selalu yakini itu.

Hingga ia memintaku menghadirkan tawa di mataku.
Aku tak benar-benar mengerti apa maksudnya.
Bukankah aku pun selalu tertawa mendengarkan segala gurauannya?

Ia minta waktu untuk bisa membuatku lepas tertawa.
Aku makin tak paham maksudnya.

Semua ini, pasti bukan karena apa yang aku coba sembunyikan selama ini, kan?
Tak mungkin ia merasakannya.
Tidak, ia tak boleh mengetahuinya.
Mungkin, aku tak akan pernah bisa memenuhi permintaannya, sebanyak apapun waktu yang aku berikan untuknya.

Kecuali jika seseorang bersedia mengembalikan tawa di mataku.
Dan itu berarti, hanya lukalah yang akan ia terima dariku.
Aku tak mau itu!

12 Agustus 2009


Inspired by a story of a friend

Pelawak

Aku adalah pelawak terhebat.
Setidaknya itu kata mereka.
Setiap kata yang terlontar dari bibirku adalah hiburan bagi mereka.
Ya, mereka selalu menyukai segala gurauan yang aku sajikan.
Bagiku, menyenangkan bisa mendengar orang lain terbahak karna kata dan tingkah lakuku.

Tapi ada yang mengusikku belakangan ini.
Bidadari cantik yang setia menemaniku tak kulihat tertawa lepas mendengarkan gurauanku.
Apakah aku tak cukup pandai membuatnya tertawa?
Bukankah aku telah bisa membuat mereka tertawa?
Bukankah aku pelawak terhebat menurut mereka?

Apa yang kau tahan, Bidadariku?
Apa yang membebani pikiranmu?
T'lah kucoba berbagai trik melawak terhebat yang aku punya.
T'lah kuceritakan cerita terlucu untukmu.
Tapi mengapa masih tak lepas tawamu?
Mengapa masih tak kau ajak serta mata indahmu tertawa mendengarkan segala lawakanku?

Beri aku waktu...
Akan aku pelajari cara untuk membuatmu tertawa lepas.
Akan aku lakukan apapun untuk melihat tawa di mata indahmu itu.
Ya, tolong beri aku waktu.

11 Agustus 2009


Inspired by a story of a friend

Sabtu, 08 Agustus 2009

Ini yang Terakhir Dariku

Akhirnya, semua kembali normal bagi kita.
Masihkah semua persis sama seperti dulu sebelum kita mainkan permainan kita?
Ah, terlalu naif mungkin untuk memintanya demikian.
Bukankah terlalu muluk untuk mengharap sesuatu tetap persis sama seperti sebelum kita meninggalkannya dalam waktu yang cukup lama?
Ya, waktu yang cukup lama untuk membuat kita sama-sama berubah.
Entah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Menjadi apa atau siapa.
Dan bagiku, segala yang terjadi tak akan ada yang sia-sia.

Semestinya, aku tak pernah bergerak dari tempat itu.
Semestinya memang begitu.
Segalanya telah diperhitungkan, bukan? Segalanya telah diatur dengan rapi.
Mungkin kita cuma sempat lupa, kita hanya manusia.
Tak semua yang kita rencanakan berjalan sempurna. Segalanya tak bisa selalu berjalan sesuai keinginan kita.

Apakah aku menyesalinya? Tidak.
Aku tak menyesali apa yang telah terjadi.
Meskipun, ya, aku sangat menyesal telah melukaimu dengan luka yang sama, yang pernah mereka torehkan dalam hidupmu. Maafkan aku.
Tapi aku tak akan pernah menyesali apa yang telah kita lalui.
Segala kejadian yang terlewati, proses yang kita lalui.
Aku cukup sadar, aku paham. Sedikit saja sesal berarti mengingkari segala yang telah terjadi. Aku tak bisa lakukan itu.

Senang, sedih, senyum, luka, tawa, sakit, marah, bahagia. Semuanya pernah ada. Semua hadir untuk saling melengkapi.
Aku tak akan menghapusnya. Tak akan pernah bisa.

Bukankah yang aku bisa lakukan adalah mensyukuri semuanya?
Bersyukur kau pernah ada. Bersyukur atas semua yang telah terjadi.

Mudahkah itu? Tidak.
Tidak semudah itu. Tapi aku tak akan pernah menyerah untuk melakukannya.

Puisi-puisi bernada minor yang tercipta antara kita.
Tawa dan kegilaan yang pernah ada.
Amarah, sakit dan luka yang menghampiri kita.
Biarkan saja semua menjadi kenangan. Ya, biarkan saja demikian adanya.

Aku tak akan menyalahkan siapapun. Tidak akan bisa menyalahkan siapapun. Tidak dirimu. Tidak diriku. Kita, hanya menjalani segalanya. Segala yang telah tertulis untuk kita. Itu saja.

Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya.
Maaf. Maaf untuk segala sakit dan luka yang pernah ada. Tak sedikitpun aku beniat melakukannya. Sekali lagi, maaf.

Sesudah ini, menjadi bisu adalah pilihanku.

And here we go...
The lights are low, the curtains down.
The unperfect show is over, we have to say goodbye =)

Bienvenido de nuevo, mi amigo =)
Para mi, eres un amigo, siempre.

8 Agustus 2009

Kamis, 06 Agustus 2009

Damai

Mencari damai di tempatmu lagi, Kawan.

Senja yang indah dari tempatmu terbaring kaku.

3 Mei 2007, tak akan pernah terlupa. Bulan benderang dan tangisan selamat jalan.

Ingin dengar lagi segala ceritamu. Kebodohan-kebodohan yang selalu membuat kita tak berhenti tertawa. Mimpi-mimpi naif yang selalu membuat kita optimis. Ah, aku benar-benar merindukannya ternyata. Cara unikmu menjadi joker. Kekonyolan yang begitu menyegarkan.

Damai di sana ya =)

[caption id="attachment_345" align="aligncenter" width="300" caption="Beside You"]Beside You[/caption]

Argh!!!!!

Mbok ya kalo ngomong ki dipikir dulu! Apa rasane coba dibilangi kayak gitu?! Sakit!

I won't believe every single words from you! Just go away!!! I hate you.

6 Agustus 2009

Rabu, 05 Agustus 2009

Thank You, Allah

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Terima kasih ya Allah, untuk segala nikmat selama ini =)

Terima kasih, terima kasih =)

5 Agustus 2009

In That Dining Room

"Mbak, kata mereka, saya sudah tak lagi diinginkan. Benar begitu?"

"..."



"Mereka bilang sudah tak ada yang butuh saya, Mbak."

"Hmm, mereka itu siapa Bu?"



"Ya orang-orang yang bicara ini, Mbak. Sudah ya Mbak, saya harus ke kamar."

Ah, harusnya aku dapatkan jawaban pasti, apakah yang ia maksud mereka adalah orang-orang yang menyisipkan kata-kata yang sama di pikiranku.

4 Agustus 2009

Back to Bad Habbits

Malam dan siang bertukar peran bagiku. Hewh...
Mata, terpejamlah... Sakit, sembuhlah... Lelah, hilanglah... Apa yang ada di kepala ini, berhentilah sejenak...sejenak.

4 Agustus 2009

Tears

Melihat air mata lagi... Sedih...
I'll be here, my friends =)
Semoga ini cukup buat kalian...

And if you want to talk about it anymore,
Lie here on the floor and cry… on my shoulder,
I’m a friend. (Cry, James Blunt)



Oh, why you look so sad?
Tears are in your eyes
Come on and come to me now
Don’t be ashamed to cry
Let me see you through
‘Cause I’ve seen the dark side too
When the night falls on you
and you don’t know what to do
Nothing you confess could make me love you less.

I’ll stand by you
I’ll stand by you
Won’t let nobody hurt you
I’ll stand by you... (I'll Stand by You, The Pretenders)

4 Agustus 2009