Rabu, 31 Maret 2010

Would You Dance with Me?

"Mau mencoba menari denganku?"



"..."

"Ayolah...mari kita coba tarianku."



"Oke."

...


"Kenapa berhenti?"



"Dulu kau yang meminta kita menarikan tarian kita masing-masing."

"Ya, kau benar. Aku hanya ingin membiarkanmu mencoba tarianku, itu saja."



"Kau berubah."

"..."



"Ada apa, bella?"

"Terima kasih telah mencoba menari bersamaku. Meskipun akhirnya kau juga berhenti."



"..."

"Setidaknya kita sudah pernah mencoba."



"Ya. Apa kau tahu, tarianmu indah, bella."

"Ya. Walaupun bukan tarian yang akan dengan senang hati kau tarikan, bukan?"



"Ya, tapi tetap saja tarianmu indah."

"Aku tahu. Terima kasih."

Kamis, 25 Maret 2010

Obrolan Tengah Malam

"Kring..."



"Ya?"

"Aku takut."



"Ada apa?"

"Aku tak bisa mengingat senyumnya."



"Berusahalah lebih keras untuk mengingatnya."

"Hmm..."



"..."

"Kring..."



"Ya?"

"Aku pingin ketemu kamu."

Pudar

"Itu berlebihan."

"Apa?"



"Cara pandangmu terhadap persahabatan."

"..."




Sekarang aku tahu apa maksudmu, aku paham.

Segala keyakinan itu memudar.

Cukup sekian.

Aku Tak Tahu

"Apa kau akan mencariku jika tiba-tiba aku menghilang?"


"Ya, tentu saja."


"Aku tak berhutang apapun padamu."


"Setidaknya aku akan tahu apa yang membuatmu menghilang."


"Hmm..."


"Apa akan kau lakukan hal yang sama untukku?"


"Entahlah."



Entah sejak kapan kau berhenti menjadi lelaki bermata terangku...
Atau mungkin akulah yang telah membunuh lelaki bermata terangku...

Jangan memintaku mendefinisikan siapa kau buatku.
Aku tak tahu.

Selasa, 23 Maret 2010

Matahari (Berlian Hutauruk)

Musim berlalu resah menanti
Matahari pagi, bersinar gelisah
Kini semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti

Dimana kau timbun daun yang layu
Makin gelisah aku menanti
Matahari dalam rimba kabut pagi
Sampai kapankah aku harus menanti

Awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
Daun yang layu berguguran dipangkuan

Kapan badai pasti berlalu
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu

Kamis, 18 Maret 2010

My Last Pathetic Dance

"Te amo."

"..."


"Te echo de menos."


"..."


"Te odio."


"..."


"Lo siento."


"..."


"Adiós."


"..."


"Muchas gracias."


...and so I say I don't love you,


though it kills me,


it's a lie that sets you free...*



*Love, Love, Love by James Blunt.

Senin, 15 Maret 2010

Minggu, 14 Maret 2010

Fiuhhh...

Masih menapak di bumi. Akan selalu seperti ini.

Lari...lari...hingga sesak dada ini...dan berhenti.

Bernafas lagi...

Tersenyumlah... Tersenyumlah...

Sunyi

Sepi menari di tepian pagi.

Whatever!

Terlalu rumitkah aku untuk bisa dimengerti?

Terlalu berlebihankah jika aku menginginkan tak ada kepura-puraan?

Menjadi sulit untukku ketika kau terus saja katakan tak akan melakukannya, tapi kau tetap melakukannya di belakangku.
Aku menunggu, penjelasan darimu. Dan aku semakin tak mengerti ketika menyimak semua katamu.
Jika memang iya, jangan kau katakan tidak. Begitupun sebaliknya.
Menjadi tak mudah untukku percaya apa katamu ketika terus saja kulihat kenyataan yang tak sama.

Jika sempat, bayangkanlah bagaimana sebaiknya aku bereaksi.
Ketika kau terus saja melakukan hal yang kau akui tak kau lakukan.

Sekarang, apakah aku terlalu berlebihan?

Entahlah. Aku hanya tak bisa bertahan dengan orang yang sering berpura-pura.
Di detik ini, dan entah sampai kapan, hanya ini yang aku pilih kurasa dan pikirkan: Terserah kamu, terserah kalian.

Bagaimana mungkin kau terus saja katakan tak ada hujan sedang aku telah melihatnya membasahi tempat kita bersama berdiri?

Cukup. Aku akan memilih diam.

Sabtu, 13 Maret 2010

Kepastian, Perubahan

Apa yang pasti di dunia ini selain ketidakpastian itu sendiri?

Apa yang tak berubah selain perubahan itu sendiri?

Cepat

cepat datang....

...cepat pergi


cepat cinta....


...cepat benci


cepat tertawa...


...cepat menangis


...

Butuh Kamu Lagi

"Ada apa lagi?"

"Aku butuh kamu."



"Apa yang terjadi?"

"Banyak hal."



"Ceritakan saja, aku di sini."

"..."



"Apa menyimpannya membuatmu merasa lebih baik selama ini?"

"Tidak. Ini menyiksa."



"Aku di sini. Kau bisa mulai ceritamu."

"..."



"Hey, aku tak bisa membaca pikiran dan hatimu! Bicaralah."

"Aku merindukannya."



"Kenapa tak kau katakan padanya?"

"Aku tak bisa. Aku tak ingin membuatnya merasakan apa yang aku rasa."



"Aku tak paham maksudmu."

"Pernahkah kau merindukan seseorang, sangat merindukannya, tapi ketika dia katakan dia juga merindukanmu, bukan rasa senang atau lega yang kau rasakan melainkan perasaan semakin tersiksa?"



"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Entahlah. Aku pikir, semuanya bisa sederhana. Aku merindukannya, dia merindukanku, maka kami bahagia. Tapi ternyata tidak seperti itu."



"Kau tak bisa membuatnya jadi sederhana?"

"Aku mau, tapi tak mampu."



"Kenapa?"

"Bukan hanya ada aku dan dia. Ada hati lain yang harus dijaga."



"Kau merindukan orang yang sudah tak sendiri lagi?"

"Begini, walaupun dia sendiri, aku merasa harus tetap menjaga hati lain itu."



"Tak bisakah hanya kau pikirkan dirimu sendiri?"

"Tidak. Aku tak bisa seperti itu."



"Kau tak hanya merindukannya bukan?"

"..."



"Kau juga menyayanginya. Tapi sama seperti yang kau rasakan mengenai rindu itu, kau tak ingin dia balas menyayangimu karena itu hanya akan membuatmu merasa tak tenang. Kau merasa bersalah dengan perasaanmu karena kau tahu hal itu akan menyakiti hati lain yang kau pikir harus kau jaga itu."

"Iya."



"Bodoh!"

"Aku tahu."



"Dan sekarang kau tak tahu harus melakukan apa?"

"Iya."



"Untuk apa menyakiti diri sendiri untuk orang yang tak akan pernah tahu kau rela tersakiti untuknya? Untuk mereka?"

"Entahlah. Aku tak pernah ingin menjadi beban untuk mereka. Tak pernah."



"..."

"Buntu bukan? Itulah kenapa selama ini aku memilih diam. Sudah kucoba merelakan semua, tapi sesekali perasaan itu terlalu kuat untuk diabaikan."



"Bersabarlah."

"Iya, aku akan terus bersabar."



"Sayang dan rindu yang sederhana, semoga cepat kau temukan itu."

"Aku juga berharap begitu."

Rabu, 10 Maret 2010

Kenangan

Tak akan sekalipun kuminta Tuhan menghapus segala kenangan yang telah tersimpan.

Manis pahitnya, senang sedihnya, hitam putihnya...akan kusimpan, kukenang.

^_^

Aku tak bisa membungkam mereka, tapi aku bisa menutup telinga.

Jumat, 05 Maret 2010

...esperar...


...y todavía no lo sabemos con seguridad, es mejor irse o quedarse aquí...





*picture's taken from deviantart.com

Menggenggam Angin

Dan jangan sekalipun kau coba untuk menggenggamnya, sia-sia...
Rasakan saja hembusannya, resapilah sejuknya.

Jangan kau berusaha menggenggamnya, semakin kau mencoba, semakin ia tak terasa ada...

Biarkan saja ia ada dengan caranya, nikmati saja.

Broken

Then suddenly I'm shaking mad because of it.

Looking at the mirror in front of me...

there's no me.

Never.

Please, don't ask me why can't I cry...

Berubah

How many special people change?

Banyak...

Hingga rasanya aku benar-benar sudah kehilangan mereka yang selama ini kukira kukenal.

Maaf karena aku terlalu egois, tapi harus kukatakan ini:

"Aku merindukan kalian.  Itu saja."

Here I Come...

Finally...

when there's nowhere to run, nobody to talk to...