Rabu, 07 Juli 2010

Lain Waktu

Mendung begitu pekat menggantung
Pagi yang muram untuk hati yang mendadak riang

Di depan pintu ia menunggu
Tetesan pertama dari hujan yang ia rindukan

Lalu ke halaman itu ia melangkah,
merentangkan dua tangan dan wajahnya tengadah
Di antara senyum yang merekah ia gumamkan:
"Hujan, hujan, datanglah."

Dan pagi pun berubah cerah
Terlalu cerah untuk hatinya yang perlahan gundah

Segera ia berlari saat telpon rumah mulai lantang berdering
Tertegun, ia dengar suara yang pernah sangat akrab di telinganya
Lelaki itu tenang berkata:
"Bersabarlah, Gadis Hujan, hujan pasti mampir lain waktu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar