Jumat, 19 Oktober 2012

Menyederhanakan Bahagia

"Senja, kopi, majalah film, dan kita. Ya, bahagia itu sederhana."- 29 September 2012

Saya kehilangan hitungan saya. Sudah berapa kali saya lontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tanpa sadar memojokkan? Parahnya, saya bahkan tak ingat lagi alasan apa yang mendasari itu semua.

Dan kamu, masih dengan sabar menjawab semuanya. Menyederhanakan kerumitan yang terjadi di kepala saya. Bahkan ketika rasanya semua membadai di dalam sini.


"Mas masih mau sama aku? Aku kan udah berkali-kali bikin sedih dan kecewa."
"Masiiih."
"Mas bahagia sama aku?"
"Iya. Bisa ketemuan aja aku udah seneng kok."
"Seneng ma bahagia kan beda."
"Sama aja ah, istilah itu kan yang bikin juga manusia. Yang aku tahu, aku seneng ada kamu."
"Tapi kan..."
"Udah to, yang sederhana nggak usah dibikin ruwet. Dinikmati aja ya apa yang sekarang ada."



Perlahan kamu menyadarkan saya, bahwa bahagia itu sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar