Kamis, 24 Maret 2011

Silent Cry

"Kenapa?"

"Apanya?"



"Kamu."

"Nggak pa pa."



"Bohong. Aku dengar tarikkan napasmu memberat. Berkali-kali."

"..."



"Aku kangen."

"Siapa?"



"Bukan siapa, tapi harusnya kau tanya apa."

"Apa?"



"Lepas suara tawamu."

"Jangan konyol, aku tertawa. Lepas. Berkali-kali."



"Dan lalu selalu kudengar tarikkan berat napasmu menyertai."

"..."



"Kemarilah. Menangislah sekali ini saja. Sekencang-kencangnya. Sepuasmu. Biarkan sesak itu menguap bersama air matamu."

"Bagaimana jika akhirnya aku tak bisa berhenti?"



"Pasti bisa."

"Kalau begitu mendekatlah. Pinjamkan bahumu malam ini."



...

"Hmm, tak bersuara ternyata."

"Apanya?"


"Tangismu."


"Suaranya habis di hari itu."



"Tak apa. Percaya saja, semua akan baik-baik saja."

"Si."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar