Hatimu merindunya
Si keras kepala yang kerap memintamu turut melihat bintang
Tapi tak juga kau hentikan larimu
Ingin tak ingin, kata-katanya pernah menohok egomu
Hingga dinding-dinding batu tegak antara kalian
Segala hebat kau rapati
Semakin membuatmu jauh lebih darinya
Lalu kau terpaku saat tak sejenak pun dia kagum atas semua
Dan resah pun datang tanpa diminta
Petang itu, dia ulurkan tangan
"Maaf, ya.", katanya tulus
Akhirnya kau paham
Cuma langkah kecil itu yang kau perlu
Karna di detik berikutnya
Segala yang sekian tahun kau tahan meluncur cepat:
"Maaf, maafkan aku. Maaf atas semuanya."
Dari senyumnya kau tahu
Jejak luka itu telah lama sirna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar