apa kabar?
Di kota mana sekarang kamu tinggal?
Lama sekali aku tak dengar cerita tentangmu.
Boleh kubilang aku kangen kamu?
Ah, jangan tertawakan aku seperti itu.
Kita memang tak saling kenal. Mmm, maksudku, tak pernah ada perkenalan formal antara kita berdua.
Perkenalan dengan saling jabat tangan dan menyebutkan nama masing-masing memang tak pernah ada dalam cerita tentangmu dalam hidupku.
Tapi sungguh, aku kangen kamu.
Terkadang pikiran ini menyambangiku:
Apakah kamu akan mengenaliku suatu saat ketika kita bertemu?
Jangan tanyakan pertanyaan macam itu padaku. Karena jawabnya sudah pasti: aku pasti tahu itu kamu.
Cuma butuh degupan yang sama seperti tahunan lalu untuk yakin itu kamu.
Obsesi.
Mereka bilang apa yang kurasakan untukmu ini cuma obsesi.
Aku tak tahu pasti kebenaran tentang hal itu.
Yang aku tahu,
selalu menyenangkan melihat caramu berjalan,
memperhatikan senyummu yang jarang,
menontonmu menggiring bola di lapangan sekolah kita.
Dan selama aku lakukan itu,
kamu tetap nampak tenang tak terusik dalam duniamu.
Sekali,
seingatku cuma sekali kamu sampaikan salam lewat seorang teman.
Dan hal itu sudah sangat cukup membuatku sadar bahwa kamu tahu aku ada.
Mmm, oke, aku hanya berlagak dingin saat kutuliskan itu tadi.
Salammu itu,
bukan hanya menyadarkanku bahwa kamu sadar akan keberadaanku.
Hari itu, aku senang bukan main.
Seharian penuh senyum tak pernah absen dari wajahku.
Lalu datang kali kedua kutahu kamu tak benar-benar mengabaikanku.
Kepada seorang teman kau katakan: IPA 1 ya, berarti sekelas sama Febi kan?
Nah! Bagaimana bisa kamu tahu aku di kelas IPA 1?
^^
Ya, laki-laki berwajah Raul, aku kangen kamu.
Kangen merasakan degup dan segala hal menyenangkan ketika mengagumimu.
Tulisan ini tak akan sampai ke telingamu.
Hampir pasti kuyakini itu.
Tapi jika 'kebetulan' berpihak padaku,
aku mau kamu tahu satu hal:
Aku tahu, kau mencariku dalam keramaian di Sabtu sore itu ^^
Dariku,
Febi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar